Kamis, 12 Januari 2012

CERPEN

CERPEN

KU RELAKAN KEBAHAGIAANKU DEMI SAHABAT



 















Pagi itu, aku terbangun dengan mata yang sembab dan membengkak. Semalam aku menangis di kamar sampai ketiduran. Entah berapa lama aku berderai air mata. Ya, aku baru saja mengalami kejadian yang membuat aku begitu sakit. Seorang cowok yang tanpa sengaja masuk dalam kehidupanku kini malah menghancurkan semuanya.
Aku mengenal Dimas dari Santi, teman dekatku. Kebetulan tiap malam, Dimas latihan silat di samping Ponpes tempat ku mengaji kala malam hari. Awalnya aku biasa saja dengan kehadirannya, tidak ada respek sama sekali. Tapi hari-hari berikutnya, Dimas memulai kedekatan kami dengan sekadar menitip salam kepadaku, tidak ada yang spesial memang. Tapi hari-hariku kini mulai terasa indah dengan keberadaannya.
Hanya saja kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Disaat aku mulai menyukainya, tidak kusangka Dimas malah nembak Santi. Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Tentu saja aku tidak bisa menyalahkannya karena ini memang hak mereka. Aku mencoba ikhlas dengan hubungan mereka. Aku berusaha tegar dan mendukung hubungan mereka, meski sebenarnya hatiku begitu sakit. Itu semua aku lakukan karena aku masih menghargai Santi sebagai sahabatku. Aku memilih untuk mengalah daripada harus kehilangan sahabatku, hanya karena seorang cowok. Meski hati kecilku masih tetap mengharapkan Dimas.
Meski berpacaran sama Santi, tapi nyatanya tetap saja Dimas tidak pernah absen menghubungiku, baik itu telepon atau pun sms. Aku bingung harus bersikap bagaimana, karena rasa ikhlas yang kini menuntunku untuk tetap berhubungan dengan Dimas. Jujur, saat itu aku benar-benar telah merelakan Dimas.
Jadi, apa salahnya jika aku menerima telepon dan sms darinya. Sayang, pikiranku masih terlalu dangkal untuk menyikapi hal itu. Tentu saja kedekatanku dengan Dimas yang telah ku anggap “teman” itu membuat Santi cemburu. Ia mengira Dimas selingkuh. Dan aku lah selingkuhannya! Kini antara aku dan Santi serasa ada jurang pemisah yang membuat kami tidak bisa lagi seakrab dulu. Ada rasa canggung saat kami ngobrol, seperti orang yang baru dikenal.
Hampir dua tahun lamanya, aku tidak pernah bertemu lagi dengan Dimas sejak saat itu. Ia tidak pernah lagi menghubungiku atau pun Santi. Dimas seperti menghilang di telan bumi. Aku pun perlahan bisa menghapusnya dari ingatanku dan Santi juga telah kembali seperti sediakala, meski sekarang ia agak tertutup soal cowok.
Kini hari-hariku semakin berwarna setelah berhasil lolos seleksi dan masuk di SMK favorit di kotaku. Ya, menjadi anak baru tentunya bukan hal yang gampang, karena aku termasuk anak yang sulit beradaptasi. Aku terlalu tidak memperhatikan dengan apa yang ada di sekitarku, namun kini aku telah memiliki beberapa teman akrab.         
Tapi hanya satu yang kurasa telah benar-benar akrab. Namanya Putri, ia teman satu bangku denganku. Anaknya cukup asyik, meski terkadang ada saat-saat di mana aku merasa jenuh padanya. Ada beberapa sifatnya yang tidak ku suka. Ia terlalu percaya diri dan kalau ngomong suka meninggi atau seperti merendahkan orang lain. Dan yang paling membuat aku jenuh saat bersamanya, kalau melihat cowok yang ganteng sedikit saja, langsung dech seperti ikan kena pancingan. Klepek-klepek tidak jelas! Tapi mau bagaimana lagi, ia tetap temanku.
Entah mimpi apa yang ku dapat semalam, pagi itu aku terkejut setengah mati dengar cerita Putri soal cowok barunya. Cowok itu adalah Dimas! Dimas yang ku kenal beberapa tahun lalu, yang telah menghilang dari kehidupanku setelah menorehkan luka di hatiku. Aku benar-benar tidak habis pikir! Aku memang telah mengenalkan Putri pada temanku yang posisinya juga sebagai teman dekatnya Dimas, tapi aku tidak pernah berpikir semua ini bakal salah alamat jadinya.
Justru Dimas lah yang kini berpacaran dengan Putri. Ya Allah! Semoga waktu sedang bercanda! Aku tidak mau kejadian itu terulang kembali. Aku tidak akan sanggup jika harus mengulanginya lagi, berpura-pura tegar seperti dulu. Aku kesal! Tapi kenyataannya kini, mereka memang berpacaran. Tidak ada yang bisa ku lakukan selain merelakan mereka. Sama seperti yang ku lakukan dulu, demi sahabat!         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar